MEREALISASIKAN ILMU




“Barang siapa yang meninggal dunia dalam keadaan menuntut ilmu untuk menghidupkan Islam, maka diantara dia dan para nabi adalah sama, satu derajat disurga.” (Hasan Al-Basri) 
Sungguh mulia orang yang berilmu, didunia maupun diakhirat. Hingga sebagaimana perkataan para ulama’ dan para sahabat. Allah pun telah banyak berfirman yang berkenaan dengan ilmu. Maka bersyukurlah orang-orang yang berilmu atas segala fadhilah yang telah didapat dan hendak didapat. Diantara firman Allah dalam kitab Nya adalah:
يَرْفَعِ اللّه الّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَأُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجاَتٍ
“Allah akan mengangkat derajar orang-orang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu dengan beberapa derajat.”(Qs. Al-Mujadillah:11)
Tanpa ilmu, manusia akan hina laksana binatang. Memiliki akal yang tidak digunakan untuk membedakan antara yang haq dan bathil. Tidak memiliki norma antara manusia dan tidak memikirkan tujuan ia hidup didunia. Hanya memenuhi hawa nafsu yang selalu berkecamuk dalam hati. Dengan adanya ilmu, manusia lebih memiliki adab terhadap siapapun. Manusia mengetahui tujuan hidup didunia ini serta dapat membedakan antara yang haq dengan yang bathil. Kepada siapa ia harus tunduk dan patuh, kepada siapa ia harus meminta pertolongan dan kepada siapa ia harus mengabdi. Maka, Allah berjanji hendak mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan memuliakannya.
 Dalam sebuah kata mutiara yang merupakan tutur kata Rasulullah disebutkan:
أُطْلُبُوا الْعِلمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّهْدِ  
“Carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat.”
Nasehat ini hendaknya kita renungkan dan kita amalkan. Begitu banyak jalan menuju ilmu telah tersedia dizaman kita ini. Buku-buku telah termodifikasi, kita tinggal menikmati saja. Tidak sebagaimana para ulama’ salaf terdahulu. Mereka rela semasa hidupnya mereka gunakan untuk berkelana mencari ilmu di berbagai negara. Menghabiskan waktunya untuk mempelajari ilmu, menghafal dan menulis. Sebagaimana yang dilakukan Imam Ahmad bin Hanbal dalam mencari ilmu. Beliau rela berjalan sambil menuntun hewan tunggangannya yang membawa buku-buku tebal yang berisi ilmu-ilmu yang telah beliau dapatkan dari para guru beliau.
Imam Bukhori yang rela pergi dari kampung halamannya menuju negri sebrang demi mendapatkan satu hadits dari seorang ahlu hadits. Dan sekarang, ilmu sangat mudah untuk dicari. Tidak sebagaimana para ulama’ terdahulu. Banyak buku yang ditulis oleh para ulama yang dapat kita pelajari ilmunya. Terutama ilmu-ilmu tentang dasar-dasar agama, hukum-hukum, dan batasan-batasan yang di tentukan oleh Allah, larangan-larangan Allah yang secara terperinci sudah termodifikasi semua dalam buku-buku yang ditulis oleh para ulama’. Ilmu-ilmu yang mereka dapat, selalu terealisasikan serta menuliskannya dalam bentuk buku-buku tebal.
Para ulama’ terdahulu sudah memikirkan generasi-generasi setelahnya. Oleh karenanya, mereka menuliskan ilmu-ilmu yang mereka dapatkan agar dapat dipelajari oleh generasi setelahnya. Tentunya, ilmu yang mereka dapatkan telah mereka realisasikan. Salah satu figure yang luar biasa kehebatannya dalam merealisasikan ilmu adalah Imam Ahmad bin Hanbal. Tidak ada satu hadits yang beliau dapatkan kecuali beliau mengamalkannya. Hingga suatu amalan yang beliau tidak menyukainya beliau tetap mengerjakannya walaupun hanya sekali. Diantaranya, beliau tidak menyukai hijamah akan tetapi beliau mendapatkan hadits tentang itu, maka beliau tetap mengamalkannya.
Dalam pepatah lain disebutkan:
العِلْمُ بِلاَ عَمَلٍ كَالشَّجَرِ بِلاَ ثَمَرٍ
“Ilmu tanpa amal, bagaikan ilmu tanpa buah.”
Dengan merealisasikan ilmu, menjadikan ilmu-ilmu yang kita miliki akan lebih melekat pada diri kita. Bahkan, ilmu-ilmu yang telah kita realisasikan akan bermanfa’at bagi kita pribadi. Tidak perlu membuka catatan yang telah kita tulis, akan tetapi sudah tersimpan dalam memori kita. Selain merealisasikan, kita mendapat perintah dari Rasulullah untuk melakukan estafet ilmu yaitu dengan menyampaikannya kepada orang lain. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ulama’ terdahulu kepada kita. Baik secara lisan maupun secara pustaka. Perintah ini terlontar dari tutur kata Rasulullah kepada para sahabatnya yang hukumnya juga berlaku untuk para ummatnya.
Sabda beliau yang berbunyi,
بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau satu ayat.”(HR. Bukhori)
Walaupun hanya satu ayat, tetap bernilai pahala apabila kita sampaikan kepada orang lain yang kemudian mengamalkannya. Penyampaian dan estafet ilmu yang dilakukan terus menerus akan menjadi amal jariah yang tidak mengurangi pahala orang yang mengerjakannya. Selain itu, ilmu akan memberi syafa’at bagi para pemiliknya diakhirat kelak. Seyogyanya sebagai seorang muslim mengikuti perintah Allah yang telah Allah ajarkan melalui nabi kita rasul kita yang mulia Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam. Kita teruskan perjuangan beliau dalam menyebarkan ilmu, terlebih ilmu agama Islam. Semoga Allah terus memberikan pahala bagi yang menyebarkan dan mengestafet ilmuNya.

Seorang muslim pun harus memberikan haq mengamalkan ilmu ketika telah mendapatkannya. Hal ini, tidak bisa dijadikan alasan kita untuk enggan mencari ilmu. Karena mencari ilmu adalah suatu kewajiban bagi seorang muslim yang tiada batas waktu dan umur. Setua apapun umur kita, jika kita masih mampu mencari ilmu maka wajib bagi kita untuk mencari. Maka, selagi kita masih muda gali ilmu sedalam-dalamnya dan jangan sia-siakan waktu yang Allah anugrahkan pada kita. Wallahua’lam bishshowaab…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ADA HIKMAH DIBALIK UJIAN

ISTIQOMAH SAMPAI HUSNUL KHOTIMAH

NAJIS DIMANA-MANA

CURAHAN HATI DI MALAM TAHUN BARU

KESEMUAN YANG NYATA

PEMUDA DAMBAAN UMMAT

TAKLIM YUUK..

LANGIT...

MASALAH KEHIDUPAN

BURUNG MERAK PARA FUQOHA'