LANGIT...

 Langiit...
Beberapa tahun ini, aku hanya bisa mengikuti gradasi birunya. Aku tak tau makna dalam kecerahan yang ia pancarkan, boleh jadi ia menyembunyikan kesedihannya dalam bulir-bulir air di awan. Hujan yang ia turunkan, tidak selamanya ungkapan kesedihan yang ia rasakan. Boleh jadi merupakan luapan kasih yang ia bagikan pada bumi dan penduduknya. 
Aku tak tau semua makna yang telah terlukis pada hari-hari yang telah berlalu. Aku tak mungkin bisa menjelajahi seluruh isi langit. Kemampuanku terbatas, hanya Allah yang mengetahui segala yang tak terindra. Aku hanya bisa memandang, melihat dari kejauhan apa yang terindra oleh penglihatanku. Hanya melihat dan memandang, bukan menatap. Retinaku tak sanggup untuk menatap langit, rasa maluku mengalahkan rasa ingin tahuku. 
Hingga muncullah sebuah rasa dalam hati untuk langit. Rasa yang tak diketahui oleh orang lain. Tak terbahasakan namun terkadang terindra melalui tingkah lakuku. Aku tak pernah mengungkapkannya pada langit. Aku pun tak tahu apakah langit mengetahuinya. Hanya sekedar harapan yang ku gantung dalam untaian do'a yang kupanjat pada Allah, sang pencipta langit. Allah tahu segalanya tentang langit. Oleh karenaNya aku menggantungkan segalanya kepadaNya.
Belum saatnya aku memikirkan perasaanku pada langit terlalu dalam. Fokusku pada saat ini menuntutku untuk menutup penglihatanku pada langit untuk sementara waktu. Aku yakin, pada suatu saat nanti ada masa yang menuntutku untuk memikirkannya..

1 Muharram 1439

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ADA HIKMAH DIBALIK UJIAN

ISTIQOMAH SAMPAI HUSNUL KHOTIMAH

NAJIS DIMANA-MANA

CURAHAN HATI DI MALAM TAHUN BARU

KESEMUAN YANG NYATA

PEMUDA DAMBAAN UMMAT

TAKLIM YUUK..

MASALAH KEHIDUPAN

BURUNG MERAK PARA FUQOHA'