Postingan

A Quarter of Age

Gambar
  Nak, kapan mau menggenap..? Inget umur, jangan terlalu nyaman dengan kesendirian.  Kalimat yang tidak satu atau dua kali dilontarkan untukku. Akhirnya, hatiku terusik juga dengan kalimat tersebut. Apakah aku harus maju sekarang..? Bagaimana jika tidak sesuai, bagaimana jika tidak seperti... Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain bermunculan dari benakku.  Mungkin, karena aku masih saja berharap padanya. Harapan yang datang dan hilang berulang kali dengan orang yang sama. Aku tahu ini salah, tapi entah mengapa selalu berulang dengan sendirinya. Raab, maafkan hamba..🥺 Hamba belum bisa menghilangkannya dari ingatan hamba.  Engkau tau siapa seseorang yang hendak mendampingi hamba hingga akhir kelak. Engkau tau siapa yang hamba butuhkan. Engkau tau siapa yang mampu membimbing hamba beserta keluarga hamba kelak. Maka ya Rabb, mampukan, mudahkan, kuatkan hamba untuk menghadapi garis taqdir yang telah Engkau pilihkan untukku. Entah dia atau bukan itulah yang terbaik menurutMu ya Rabb.

PAMIT

Gambar
 Kepada yang telah saya jadikan objek perasaan saya. Maaf, telah menjadikanmu objek perasaanku yang bisa jadi kamu sendiri nggak tahu. Maaf, telah menyalahkanmu padahal tak tahu apa yang dilaku Maaf, telah menjustifikasimu sebagai orang tak 'peka' yang pada dasarnya hanya ilusi ku Teruntuk kamu, yang pernah mengisi ruangku,  Maaf, tidak pernah izin dan izinkanku mengusirmu dari ruangku. Cukup sudah aku tersiksa dengan keadaan yang aku ciptakan sendiri dalam ruangku. Selamat tinggal, semoga suatu hari nanti orang yang berada di ruangku akan menerima dengan lapang dan aku nyaman dibuatnya. Memang, untuk mengusirmu dari ruangku butuh waktu, karena ruangku bukan komputer yang dengan mudah menghapus permanen hanya dengan pencet tombol shift delt.  Semoga Allah mudahkan perjuanganmu baik ranah pendidikan maupun dakwah. Semoga Allah mudahkan seseorang yang akan menjadi pendampingmu kelak bersanding denganmu Berjuang bersama dalam ranah dan kiprah yang berbeda.  Udah, cuman mau menguca

NYANTRI

Gambar
Hujan siang ini mengawali perjalanan kami. Allah memang adil, Ia tidak akan membiarkan kita merasakan sengatan matahari kali ini. Alhamdulillah, perjalanan kali ini berjalan begitu mulus. Allah berpihak pada kita, bisik seorang kawan. Taqdir memang tidak dapat diramal, namun terkadang dapat dirapal. Hanya orang-orang mulia yang akan mendapatkan apa yang telah ia rapalkan. Tidak semua orang menyandang gelar itu, hanya orang terpilih yang menyandang insan mulia. Saya bukanlah orang yang menyandang gelar tersebut, hanya insan biasa yang mengharapkan menyandang gelar tersebut. Perjalanan tiga jam tak terasa berlalu begitu saja, karena memang kami sangat menikmatinya. Selama diperjalanan, saya hanya mencoba mengisi waktu dengan menikmati goresan pena karya Ahimsa Azaleav yang berisi tentang pengalaman hidupnya. Banyak hikmah yang dapat dipetik dalam buku tersebut. Tentu saja dengan penyaringan kekatanya, tak semuanya memang dapat kita ambil. Angin semilir sore itu membuat

MERAYAKAN KEHILANGAN

Gambar
Anda, seorang yang terhormat, akademisi, berwibawa, berpangkat, namun tetap rendah hati dengan karismatik yang memancar kepada semua orang. Anda telah menjadi payung untuk kami kurang lebih empat semester dalam lembaga untuk memajukan intelektual kami, para mahasiswa. Anda ayah bagi kami, ketika menyampaikan masalah pendewasaan diri pun masalah peningkatan kualitas diri. Puluhan mahasiswa yang telah terbiasa berada di bawah naungan yang anda emban. Kepercayaan kami kepada anda sebagaimana anak dan ayah. Nasehat-nasehat anda sudah menjadi asupan wajib bagi kami. Namun, anda selalu merendah dan tidak terlalu menuntut kami untuk menjadi apa yang anda inginkan. Tentunya, tanpa membiarkan kami lalai terhadap tugas dan kewajiban kami sebagai mahasiswa. Rasa kagum. Tidak sedikit dari kami menjadikan anda sebagai panutan dalam beberapa sisi. Figur yang menjadi inspirator kehidupan kami, melalui pengalaman yang telah anda sampaikan kepada kami. Kami akan berusaha untuk meneladani hal

KESEMUAN YANG NYATA

Gambar
Akhwaty fillah… Dunia maya yang merupakan ruang semu dapat memberi makna dan pengaruh yang nyata. Fatamorgananya dapat dirasa oleh setiap individu yang meluncur didalamnya. Terkadang, ia berkamuflase menjadi kafein yang memberi rasa candu para penikmatnya. Dunia maya, sarang sosial media nan eksotis dengan berbagai aplikasinya. Melihat media sosial yang meruyak ke khalayak masyarakat di era digital ini, menjadi acuan utama dalam segala hal. Tak memandang tua, muda, pejabat, rakyat pribumi, kaum venus maupun mars tertarik pada dunia maya dengan segenap aplikasinya. Gelar muslimah yang telah tersandang pada diri kita menuntut kita untuk merealisasiakan adab dalam bersosialisasi, sekalipun hanya melalui sosial media. Beradab, berakhlak, bertutur kata dengan bahasa nan indah namun penuh norma. Memilah-pilah lautan ilmu pengetahuan patut kita senantiasakan, meninggalkan riak-riak ombak syubhat dan syahwat yang senantiasa menderu. Menancap kebijakan dalam diri agar kebajikan yan

REMEMBER IT...!

Gambar
سبحان الّذي يسبّح الرّعد بحمده والملائكة من خيفته Langit mulai gelap tertutup awan mendung yang semakin memekat. Pertanda musim hujan mengawali haknya. Pergeseran cuaca kali ini cukup membuat sebagian masyarakat terjangkit demam, flu dan sejenisnya. Tak jarang, saat hujan turun kemuka bumi ini didampingi oleh guruh nan gemuruh dan kilat yang menyala-nyala. Tak sedikit dari kita dikejutkan oleh suara guruh yang begitu menderu, bukti keagungan Rabb pemilik kekuasaan semesta. Rasa takut, terkejut seketika menjadikan hati dan badan gemetar, tak kuasa berlaku apapun. Tak sedikit diantara kita yang berteriak lantaran terkejut mendengar gemuruh yang berseru. Setiap kali melihat fenomena ini, selalu teringat pesan ayah dalam suatu peristiwa yang begitu melekat dalam benak dan mungkin tak akan terlupakan. Hujan deras mengguyur daerah kami sore itu. Seketika kilat menyala disusul dengan gemuruh yang yang begitu dahsyat. Tanpa berfikir panjang, ibu dan keempat anaknya waktu itu beran

LANGIT...

Gambar
 Langiit.. . Beberapa tahun ini, aku hanya bisa mengikuti gradasi birunya. Aku tak tau makna dalam kecerahan yang ia pancarkan, boleh jadi ia menyembunyikan kesedihannya dalam bulir-bulir air di awan. Hujan yang ia turunkan, tidak selamanya ungkapan kesedihan yang ia rasakan. Boleh jadi merupakan luapan kasih yang ia bagikan pada bumi dan penduduknya.  Aku tak tau semua makna yang telah terlukis pada hari-hari yang telah berlalu. Aku tak mungkin bisa menjelajahi seluruh isi langit. Kemampuanku terbatas, hanya Allah yang mengetahui segala yang tak terindra. Aku hanya bisa memandang, melihat dari kejauhan apa yang terindra oleh penglihatanku. Hanya melihat dan memandang, bukan menatap. Retinaku tak sanggup untuk menatap langit, rasa maluku mengalahkan rasa ingin tahuku.  Hingga muncullah sebuah rasa dalam hati untuk langit. Rasa yang tak diketahui oleh orang lain. Tak terbahasakan namun terkadang terindra melalui tingkah lakuku. Aku tak pernah mengungkapkannya pada langit. Aku p