NYANTRI
Hujan siang ini mengawali perjalanan kami.
Allah memang adil, Ia tidak akan membiarkan kita merasakan sengatan matahari
kali ini. Alhamdulillah, perjalanan kali ini berjalan begitu mulus. Allah
berpihak pada kita, bisik seorang kawan. Taqdir memang tidak dapat diramal,
namun terkadang dapat dirapal. Hanya orang-orang mulia yang akan mendapatkan
apa yang telah ia rapalkan. Tidak semua orang menyandang gelar itu, hanya orang
terpilih yang menyandang insan mulia.
Saya bukanlah orang yang menyandang gelar
tersebut, hanya insan biasa yang mengharapkan menyandang gelar tersebut.
Perjalanan tiga jam tak terasa berlalu begitu saja, karena memang kami sangat
menikmatinya. Selama diperjalanan, saya hanya mencoba mengisi waktu dengan
menikmati goresan pena karya Ahimsa Azaleav yang berisi tentang pengalaman
hidupnya. Banyak hikmah yang dapat dipetik dalam buku tersebut. Tentu saja
dengan penyaringan kekatanya, tak semuanya memang dapat kita ambil.
Angin semilir sore itu membuat kami nyaman
dengan tempat yang kami kunjungi. Tempat inilah yang menopang adik-adik kami
mencari ilmu, ilmu agama dan kehidupan pastinya. Sambutan dari adik-adik
menambah suasana lebih nyaman. Rindu yang dirasa akhirnya berlabuh pada hari
itu. "Gimana kabarnya dek?" sapaku. "Alhamdulillah, seperti
inilah keadaanku. Timpalnya. Saat ini sedang UTS mba', do'ain ya... Tentu saja,
jangan khawatir, ujarku. Sembari mengamati lokasi yang mungkin asing bagi saya,
muncullah sebuah kenostalgiaan saat masih menyandang gelar santri. Hmmt, hanya
lembaran-lembaran yang telah usang..
Namun, rasa rindu membuncah dalam sanubari
akan pengalaman-pengalaman yang telah terukir bersama kawan-kawan. Saling
bercengkrama membahas suatu hal, candaan yang memalingkan dari berbagai
kejenuhan, tak kalahnya saling melontar nama-nama asing ke sesama kawan. Yah,
hanya gurauan biasa...:D Suasana yang merindukan. Kebersamaan yang sangat
mustahil dapat terulang kembali. Hanya sebatas chat melalui social media yang
dapat kita lakukan.
Mentari mulai menenggelamkan dirinya, para
santri mulai hiruk pikuk mempersiapkan diri untuk berbuka. Kami membiarkan
adek-adek kami melakukan aktivitasnya masing-masing. Tibalah waktu belajar bagi
mereka. Yah, ba'da isya' dengungan para santri terdengar bak dengungan ribuan
lebah. Adek-adek kami menghampiri kami, serasa terbebas dari peraturan dengan
alasan "dijenguk". Kami memaklumi itu, namun selalu kami ingatkan
pada mereka untuk tak meninggalkan belajar. Usai belajar, mereka saling
bercerita keluhan demi keluhan yang mereka rasakan. Semua itu wajar terjadi,
namanya juga hidup berjamaah, yang penting kalian selalu berusaha memperbaiki
diri dan berusaha mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh pengurus.
Kutipan sedikit nasehat untuk mereka.
Mudah-mudahan mereka menyelesaikan hingga
tamat. Harapan kepada mereka agar tak mengecewakan orangtua yang telah menguras
tenaga mencari ma'isyah untuk anak-anaknya. Keistimewaan
menjadi seorang santri tidak akan dirasa kecuali telah menjalaninya dengan
tulus dan ikhlas. Wallahu A'lam bish Shawab.
Last post in Traveling with Kayyezha...^_^
Komentar
Posting Komentar